Selasa, 06 Oktober 2015

makalah konflik sosial di sekolah




BAB I
PENDAHULUAN

1.      Latar Belakang Masalah
Siswa sebagai seorang individu yang sedang berada dalam proses berkembang atau menjadi (on becoming), yaitu berkembang ke arah kematangan atau kemandirian mereka selalu melakukan interaksi sosial. Untuk mencapai kematangan tersebut, siswa memerlukan bimbingan karena mereka masih kurang memiliki pemahaman atau wawasan tentang dirinya dan lingkungan sosialnya, juga pengalaman dalam menentukan arah kehidupannya. Disamping itu terdapat suatu keniscayaan bahwa proses perkembangan siswa tidak selalu berlangsung secara mulus, atau bebas dari masalah. Dengan kata lain, proses perkembangan itu tidak selalu berjalan dalam alur linier, lurus, atau searah dengan potensi, harapan dan nilai-nilai yang dianut.
Perkembangan siswa tidak lepas dari pengaruh lingkungan, baik fisik, psikis maupun sosial. Sifat yang melekat pada lingkungan adalah perubahan. Perubahan yang terjadi dalam lingkungan dapat mempengaruhi gaya hidup (life style) warga masyarakat. Apabila perubahan yang terjadi itu sulit diprediksi, atau di luar jangkauan kemampuan, maka akan melahirkan kesenjangan perkembangan perilaku siswa, seperti terjadinya stagnasi (kemandegan) perkembangan, masalah-masalah pribadi, sosial atau penyimpangan perilaku
Siswa pada masa kini dalam hubunga sosialnya lebih cenderung suka membuat sebuah “geng” dan masih suka mencari sosok yang diidolakan, bahkan ada yang lebih membahayakan lagi yakni ikut terlibat dalam tawuran. Terkait dengan masalah hubungan sosial yang dihadapi siswa diperlukan satu pendidikan, yang mana pendidikan trsebut diharapkan dapat mengatasi suatu permasalahan social tersebut.

2.      Rumusan Masalah
a.       Pengertian dan tujuan pendidikan
b.      Pengertian dan factor-faktor penyebab konflik di sekolah?
c.       Macam-macam Konflik dan penyelesaiannya?


BAB II
PEMBAHASAN

A.    Pengertian dan Tujuan Pendidikan
1.      Pengertian Pendidikan
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pendidika adalah proses mengubah sikap dan tata laku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan penelitian. Dari pengertian diatas terlihat bahwa melalui pendidikan, orang mengalami perubahan  sikap dan tata laku, orang berproses menjadi dewasa, menjadi matang dalam sikap dan tata laku. Proses pendewsaan ini dilakukan melalui upaya pengajaran dan pelatihan. Dari Kamus Besar Bahasa Indonesia tersebut juga dipahami bahwa pendidikan merupakan proses, cara dan perbuatan mendidik.
Dalam UU. SISDIKNAS No. 20 thn 2003, pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.

2.      Tujuan Pendidikan
Tujuan Pendidikan akan menentukan kearah mana anak didik akan dibawa. Disamping itu pendidikan berfungsi untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat manusia. Tujuan pendidikan dapat dilihat dari dua sudut pandang yaitu menurut islam dan tujuan pendidikan secara umum
Tujuan pendidikan islam adalah mendekatkan diri kita kepada Allah dan pendidikan islam lebih mengutamakan akhlak. Secara lebih luas pendidikan islam bertujuan untuk : Pembinaan Akhlak, Penguasaan Ilmu, Keterampilan bekerja dalam masyarakat, Mengembangkan akal dan Akhlak, Pengajaran Kebudayaan, Pembentukan kepribadian, Menghambakan diri kepada Allah, Menyiapkan anak didik untuk hidup di dunia dan akhirat
Sedangkan tujuan umum pendidikan Menurut kohnstamm dan gunning adalah untuk membentuk insan kamil atau manusia sempurna. Sedangkan menurut kihajar dwantara, tujuan akhir pendidikan ialah agar anak sebagai manusia (individu) dan sebagai anggota masyarakat (manusia sosial) , dapat mencapai keselamatan dan kebahagiaan yang setinggi – tingginya.
Menurut UU No2 Tahun 1985 Tujuan Pendidikan yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa dan mengembangkan manusia yang seutuhnya yaitu yang beriman dan dan bertagwa kepada tuhan yang maha esa dan berbudi pekerti luhur, memiliki pengetahuan dan kerampilan, kesehatan jasmani dan rohani, kepribadian yang mantap dan mandiri serta rasa tanggung jawab kemasyarakatan dan berbangsa.

B.     Pengertian dan faktor-faktor penyebab konflik di sekolah
1.      Pengertian Konflik Sosial
Sebagai makhluk sosial, manusia selalu berinteraksi dengan sesamanya. Dalam berin-teraksi, setidaknya diwarnai dua hal, yaitu konflik dan kerjasama. Secara umum konflik sering diartikan sebagai perselisihan, dan pertentangan (Kamus besar Bahasa Indonesia (2002). Dalam arti yang lain konflik biasanya diberi pengertian sebagai satu bentuk perbedaan atau pertentangan ide, pendapat, faham dan kepentingan di antara dua pihak atau lebih. Pertentangan ini bisa berbentuk pertentangan fisik dan non-fisik, yang pada umumnya berkembang dari pertentangan non-fisik menjadi benturan fisik, yang bisa berkadar tinggi dalam bentuk kekerasan (violent), bisa juga berkadar rendah yang tidak menggunakan kekerasan (non-violent).
Secara sosiologis, konflik  diartikan sebagai suatu proses sosial antara dua orang atau lebih (bisa juga kelompok) dimana salah satu pihak berusaha menyingkirkan pihak lain dengan menghancurkannya atau membuatnya tidak berdaya. Sebagai contoh Tawuran antar pelajar. Kejadian ini termasuk dalam kategori konflik. Konflik juga dimaknai sebagai suatu proses yang mulai bila satu pihak merasakan bahwa pihak lain telah mempengaruhi secara negatif, atau akan segera mempengaruhi secara negatif, sesuatu yang diperhatikan oleh pihak pertama. Suatu ketidak sesuaian belum bisa dikatakan sebagai suatu konflik dimana salah satu pihak tidak memahami adanya ketidak sesuaian tersebut (Robbins, 1996). Semua masyarakat pasti pernah mengalami suatu konflik antar anggotanya atau dengan kelompok masyarakat lainnya Konflik sapat terjadi karena adanya perbedaan pendapat antara masyarakat.

Masalah sosial adalah suatu ketidak sesuaian antara unsur-unsur kebudayaan atau masyarakat, yang membahayakan kelompok sosial atau menghambat terpenuhinya keinginan-keinginan pokok anggota kelompok sosial tersebut sehingga terjadi ketidak seimbangan sosial.
v  Jenis-jenis masalah sosial remaja, sebagai berikut :
1.      Siswa tidak toleran dan bersikap superior.
2.      Kaku dalam bergaul.
3.      Kurangnya perhatian orang tua.
4.      Perasaan yang tidak jelas terhadap dirinya atau orang lain.
5.      Kurang dapat mengendalikan diri dari rasa marah dan sikap permusuhannya.

Akibat dari ketidak mampuan penyesuaian diri siswa dengan lingkungan kelompok sosialnya dilihat sebagai berikut: Tidak bertanggung jawab, tampak dalam perilaku mengabaikan pelajaran, misalnya, untuk bersenang-senang dan mendapatkan dukungan sosial.
1.            Sikap yang sangat agresif dan sangat yakin pada diri sendiri.
2.            Perasaan tidak aman, yang menyebabkan siswa patuh mengikuti standar-standar kelompok.
3.            Perasaan menyerah.
4.            Terlalu banyak berkhayal untuk mengimbangi ketidak puasan yang diperoleh dari kehidupan sehari-hari.
5.            Mundur ketingkat perilaku yang sebelumnya agar supaya disenangi dan diperhatikan.

Akibat yang akan di hadapi siswa karena ketidak mampuannya dalam penyesuaian diri dengan lingkungan sosialnya tidak hanya mengabaikan pelajarannya tapi mungkin siswa bisa melupakan tugas-tugas perkembangan yang harus dicapainya seperti mencapai kematangan dalam beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, mencapai kematangan pertumbuhan jasmaniah yang sehat, mengembangkan penguasan ilmu, teknologi dan seni sesuai dengan program kurikulum dan persiapan karir atau melanjutkan pendidikan tinggi, serta berperan dalam kehidupan masyarakat yang lebih luas dan mencapai kematangan dalam pilihan karir.


2.      Faktor-faktor Penyebab Konflik
Soejono Soekanto mengemukakan 4 faktor penyebab terjadinya konflik yaitu :
perbedaan antarindividu, perbedaan kebudayaan , perbedaan kepentingan dan perubahan sosial.
·         Perbedaan antar individu
Merupakan perbedaan yang menyangkut perasaan, pendirian, atau ide yang berkaitan dengan harga diri, kebanggan, dan identitas seseorang.
Sebagai contoh terdapat siswa yang ingin suasana belajar tenang tetapi siswa yang lain ingin belajar sambil bernyanyi, karena menurut siswa tersebut belajar sambil bernyanyi itu sangat mundukung. Kemudian timbul amarah dalam siswa yang lain. Sehingga terjadi konflik.
·         Perbedaan Kebudayaan
Kepribadian seseorang dibentuk oleh keluarga dan masyarakat . tidak semua masyarakat memiliki nilai-nilai dan norma yang sama. Apa yang dianggap baik oleh satu masyarakat belum tentu baik oleh masyarakat lainnya.
Interaksi sosial antarindividu atau kelompok dengan pola kebudayaan yang berlawanan dapat menimbulkan rasa amarah dan benci sehingga berakibat konflik.
·         Perbedaan Kepentingan
Setiap kelompok maupun individu memiliki kepentingan yang berbeda pula. Perbedaan kepentingan itu dapat menimbulkan konflik diantara mereka.
·         Perubahan Sosial
Perubahan yang terlalu cepat yang terjadi pada suatu masyarakat dapat mengganggu keseimbangan sistem nilai dan norma yang berlaku, akibatnya konflik dapat terjadi karena adanya ketidaksesuaian antara harapan individu dengan masyarakat.
Sebagai contoh kaum muda ingin merombak pola perilaku tradisi masyarakatnya, sedangkan kaum tua ingin mempertahankan tradisi dari nenek moyangnya. Maka akan timbulah konflik diantara mereka.
C.    Macam-macam Konflik dan penyelesaiannya
1.      Macam-Macam Konflik
Terdapat berbagai bentuk konflik, berikut ini adalah macam-macam konflik yang dapat terjadi. Menurut Lewis A. Coser konflik dibedakan menjadi 2 yaitu :
o   Konflik realistis berasal dari kekecewaan individu atau kelompok terhadap sistem atau tuntutan yang terdapat dalam hubungan sosial.
o   Konflik nonrealistis adalah konflik yang bukan berasal dari tujuan-tujuan persaingan yang antagonis(berlawanan), melainkan dari kebutuhan pihak-pihak tertentu untuk meredakan ketegangan.
Berdasarkan kedua bentuk konflik diatas Lewis A. Coser membedakannya lagi kedalam dua bentuk konflik berbeda, yaitu :
o   Konflik In-group adalah konflik yang terjadi dalam kelompok itu sendiri
o   Konflik Out-Group adlah konflik yang terjadi antara suatu kelompok dengan kelompok lain.
Menurut Soerjono Soekanto konflik dibedakan menjadi 5 bentuk, yaitu :
Konflik atau pertentangan pribadi, Konflik atau pertentangan rasial, Konflik atau pertentangan antar kelas-kelas sosial,  Konflik atau pertentangan politik, dan Konflik atau pertentangan yang bersifat internasional.

2.      Upaya penyelesaian konflik di sekolah
Konflik tidak akan terjadi apabila masyarakat dapat dikendalikan dengan baik, sehingga kerugian akibat dari konflik dapat ditekan sedemikian rupa. Ada tiga macam bentuk pengendalian konflik sosial, yaitu:
a.)    Konsoliasi.
Merupakan bentuk pengendalian konflik sosial yang utama. Pengendalian ini terwujud melalui lembaga tertentu yang memungkinkan tumbuhnya pola diskusi dan pengambilan keputusan. Pada umumnya, bentuk konsiliasi terjadi pada masyarakat politik. Lembaga parlementer yang di dalamnya terdapat berbagai kelompok kepentingan akan menimbulkan pertentangan-pertentangan. Untuk menyelesaikan permasalahan ini, biasanya lembaga ini melakukan pertemuan untuk jalan damai. Untuk dapat berfungi dengan baik dalam melakukan konsiliasi, maka ada empat hal yang harus dipenuhi yaitu:
ü  Lembaga tersebut merupakan lembaga yang bersifat otonom.
ü  Kebudayaan lembaga tersebut harus bersifat monopolitis.
ü  Peran lembaga tersebut harus mengikat kepentingan semua kelompok.
ü  Peran lembaga tersebut harus bersifat demokratis.

b.)    Mediasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara membuat konsensus di antara dua pihak yang bertikai untuk mencari pihak ketiga yang berkedudukan netral sebagai mediator dalam penyelesaian konflik. Pengendalian ini sangat berjalan efektif dan mampu menjadi pengendalian konflik yang selalu digunakan oleh masyarakat.
c.)    Arbitasi
Merupakan pengendalian konflik yang dilakukan dengan cara kedua belah pihak yang bertentangan bersepakat untuk menerima atau terpaksa hadirnya pihak ketiga yang memberikan keputusan untuk menyelesaikan konflik. Ketiga jenis pengendalian konflik ini memiliki daya kemampuan untuk mengurangi atau menghindari kemungkinan terjadinya ledakan sosial dalam masyarakat.
v  Cara Menyelesaikan Konflik (Akomodasai)
a.       majority rule : keputusan yang diambil berdasarkan suara terbanyak dalam voting. Contoh : Ketika para siswa hendak mengadakan widyawisata, terjadilah perbedaan dalam menentukan objek. Untuk mencapai kata mufakat diadakan voting.
b.      conciliation (konsiliasi) : mempertemukan pihak-pihak yang bertikai untuk membuat kesepakatan bersama.
c.       stalemate : berhenti pada titik tertentu karena kekuatan seimbang.
d.      elimination : pengunduran diri salah satu pihak yang terlibat dalam konflik.
e.       integration : mempertimbangkan kembali pendapat-pendapat sampai diperoleh suatu keputusan yang memaksa semua pihak.
f.       arbitrasi : mengundang pihak ketiga yang memberikan keputusan. Keputusan mengikat pihak yang konflik. Contoh : Mahkamah Konstitusi (MK) mengambil keputusan tentang sah atau tidaknya suatu pasal dalam undang-undang yang menjadi sengketa di antara lembaga-lembaga negara.
g.      mediasi : mengundang pihak ketiga untuk memberikan nasihat.
h.      kompromi : mengurangi tuntutan.
i.        toleransi : menghargai perbedaan.
j.        koersi : paksaan.
3.      Dampak Sebuah Konflik
Dampak sebuah konflik memiliki 2 sisi yang berbeda yaitu dilihat dari segi positif dan dari segi negatif.
Segi positif dari konflik adalah sebagai berikut:
·         Konflik dapat memperjelas aspek-aspek kehidupan yang belum jelas atau masih belum tuntas di telaah.
·         Konflik memungkinkan adanya penyesuaian kembali norma-norma, nila-nilai, serta hubungan-hubungan sosial dalam kelompok bersangkutan dengan kebutuhan individu atau kelompok.
·         Konflik meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok yang sedang mengalami konflik dengan kelompok lain.
·         Konflik merupakan jalan untuk mengurangi ketergantungan antarindividu dan kelompok.
·         Konflik dapat membantu menghidupkan kembali norma-norma lama dan menciptakan norma baru.
·         Konflik dapat berfungsi sebagai sarana untuk mencapai keseimbangan antara kekuatan-kekuatan yang ada di dalam masyarakat.
·         Konflik memunculkan sebuah kompromi baru apabila pihak yang berkonflik berada dalam kekuatan yang seimbang.
Segi negatif dari konflik :
·         Keretakan hubungan antarindividu dan persatuan kelompok.
·         Kerusakan harta benda dan hilangnya nyawa manusia.
·         Berubahnya kepribadian para individu.
·         Munculnya dominasi kelompok pemenang atas kelompok yang kalah.

v  Permasalahan dalam dunia pendidikan
1.      Kekerasan
Kekerasan dalam institusi pendidikan dapat terjadi ketika komunitas pendidikan di dalam sekolah dalam hubungan sosialnya tidak selamanya berjalan mulus karena setiap individu memiliki kecenderungan kepribadian masing-masing, memiliki latar belakang budaya, agama, masing-masing dan tidak selalu interaksi yang dilakukan menyenangkan.
Kekerasan atau intimidasi sudah sering menjadi kasus dalam suatu sekolah. Intimidasi  tersebut tidak hanya dilakukan oleh siswa namun juga melibatkan warga sekolah yang lain. Seperti:
intimidasi siswa kepada siswa lain,
intimidasi guru kepada siswa, sesama guru dan orang tua,
intimidasi karyawan pada guru dan siswa,
intimidasi kepala sekolah pada guru, karyawan, siswa, dan orag tua,
serta intimidasi orang tua pada guru, karyawan sekolah, kepala sekolah dan anak-anak mereka.
Kekerasan dalam sekolah sudah terjadi semenjak siswa tersebut masuk dalam sekolah. Biasanya terjadi pada saat MOS( masa orientasi siswa). Dalam MOS tersebut banyak senior yang mengintimidasi siswa baru dan kebanyakan dengan tindakan kekerasan sehingga bnayak menimbulkan korban karena tidak hanya menyakiti fisik saja namun juga mentalnya, bahkan pada beberapa sekolah hingga terdapat siswa yang meninggal dunia.
Solusi dari tindak kekerasan tersebut adalah dengan membangun lembaga swadaya pendidikan bagi siswa yang tetangkap karena perilaku kekerasan. Dalam lembaga tersebut menekankan pada latihan fisik dengna pendekatan klasikal. Atau dengan metode ceramah tentang perilaku yang baik.
2.      Putus Sekolah
Putus sekolah merupakan predikat bagi peserta didik yang tidak mampu menamatkan pendidikannya pada jenjang tertentu sehingga tidak dapat melanjutkan pendidikan ke jenjang berikutnya.
Beberapa faktor yang melatar belakangi seorang anak putus sekolah yaitu:
a.       Ekonomi, biasanya seorang anak dari keluarga yang kurang mampu menjadi putus sekolah krena ketidakmampuan orang tua dalam membiayai pendidikan anaknya sehingga mereka terpaksa harus putus sekolah.
b.      Konflik, seorang siswa mungkin meresa tidak nyaman dengan teman sebayanya atau seniornya karena suatu konflik di sekolah tersebut, misalnya mereka mempunyai musuh atau melakukan perbuatan yang melanggar aturan disekolah.
c.       Tindakan kriminal, misalnya seorang siswa yang berurusan dengan pihak yang berwajib karena melakukan tindakan kriminal sehingga berdampak pada pendidikannya sehingga siswa tersebut putus sekolah atau bahkan dikeluarkan dari sekolah.
d.      Akses yang sulit, biasanya hal ini terjadi peada daerah terpencil dimana seorang siswa harus menempuh jarak yang jauh dan medan yang sulit untuk mencapai sekolahnya sehingga banyak diantra mereka yang memilih untuk tidak bersekolah lagi.
e.       Bencana Alam, faktor alam juga mempengruhi seorang anak putus sekolah. Misalnya terjasi gempa bumi, banjir, gunung meletus, tsunami yang dapat menghancurkan sekolah mereka sehingga mereka mennjadi putus sekolah.

Solusi dari kasus ini adalah dengan
a.       Langkah preventiv, yaitu dengan membekali peserta didik dengan keterampilan-keterampilan yang praktis dan bermanfaatsejak dini.
b.      Langkah pembinaan, yaitu dengan membekali peserta didik dengan pengetahuan-pengetahuan perkembangan zaman melalui lembaga sosial.
c.       Langkah tindak lanjut, yaitu dengan memberikan kesempatan seluas-luasnya kepada mereka untuk lebih maju dan berkehidupan yang lebih baik dalam masyarakat.
3.      Kenakalan Remaja
Menurut Prof. Dr. Fuad Hasan bahwa kenakalan remaja yaitu perbuatan anti sosial yang dilakukan oleh anak atau remaja yang apabila dilakukan oleh orang dewasa maka dinamakan tindak kejahatan.
Beberapa contoh kenakalan remaja:
a.       Ngebut, yaitu mengendarai kendaraan bermotor dengan melampaui batas maksimal sehingga mengganggu dan membahayakan pengendara yang lain.
b.      Peredaran pornografi dikalangan pelajar
c.       Anak yang suka merusak barang orang lain
d.      Membentuk geng dengan norma yang menyeramkan
e.       Berpakaian dengan mode yang tidak selaras dengna lingkungan serta tidak enak dipandang


v  Beberapa penyebab kenakalan remaja :
a.       Lingkungan keluarga yang tidak harmonis, sehingga seorang anak kurang perhatian dan kasih sayang dan menyalurkan kekecewaan tersebut dengan mencari kegiatan yang negatif diluar keluarganya
b.      Situasi, keadaan rumah tangga, sekolah dan lingkungan yang menjemuhkan dan membosankan yang seharusnya menyengakan.
c.       Lingkungan masyarakat yang kurang menentu bagi prospek kehidupan mendatang. Seperti lingkungan korupsi, manipulasi.
Kebijakan yang digunakan untuk mengatasi kenakalan remaja tersebut adalah dengan:
a.       Menciptakan suasana keluarga yang harmonis dan penuh kasih sayang sejak dini.
b.      Disekolah, hendaknya kultur atau budaya, kritis, akademis, serta kreatif dibina dengan maksimal agar terbentuk kestabilan emosi sehingga tidak mudah mengguncang dan menimbulkan akses-akses yang mengarah pada perbuatan yang berbahaya serta bersifat kenakalan.
c.       Lingkungan, sebaiknya semua lapisan masyarakat serta tokoh-tokoh masyarakat seperti pemuka agama, pemerintah daerah, penguasa setempat, penegak hukum, tenaga medis, pendidik, psikiater, organisasi sosial.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari makalah ini dapat kami simpulkan bahwa konflik tidak bisa dihapus maupun dihindari. Yang bisa kita lakukan hanya mengendalikan konflik. Hasil dari sebuah konflik, yaitu sebagai berikut : meningkatkan solidaritas sesama anggota kelompok (ingroup) yang mengalami konflik dengan kelompok lain, keretakan hubungan antar kelompok yang bertikai, perubahan kepribadian pada individu, misalnya timbulnya rasa dendam, benci dan lain-lain